![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK4NoGbz_WQfj_IHB_Spo9ySDTlsMxpJXgT76uyn2Nhe8yGWmUmrXMocyWxSilPQhDnozLYChdt-f3cjHgo1W5NRhFka45LBoRD7ugZ87-mtUCll7A66cVD4shM8GjX_ICZeRuw4k_HDwG/s320/bekraf-profil.jpg)
Menanggapi itu, Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan bahwa sejauh ini, baru investor luar negeri di bidang modal ventura yang tertarik untuk mendanai startup di Indonesia.
“Karena startup kita ini memiliki risiko yang tinggi, karena mereka ini biasanya tidak langsung untung. Sedangkan startup itu butuh pendanaan yang cukup besar untuk berkembang,” katanya.
Selain itu, kata dia, investor asing yang bergerak di bidang modal ventura memiliki stok pendanaan hingga Rp 11 triliun. Sementara perbankan dalam negeri dinilai hanya memiliki stok pendanaan sebesar Rp 6 triliun.
“Lagipula perusahaan modal ventura bisa mendanai startup yang tingkat kesuksesannya di bawah 10 persen, perbankan kan tidak bisa,” paparnya.
Namun demikian, Fadjar mengungkapkan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) agar terdapat bursa khusus bagi startup dalam negeri. Tujuannya agar saham startup dimiliki masyarakat Indonesia.
“Yang kami sedang siapkan dengan BEI, bursa khusus untuk IPO para startup, salah satu alternatif sumber dana domestik,” ucap Fadjar.
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/bekraf-ungkap-alasan-saham-startup-besar-ri-dimiliki-investor-asing-1537790174392338071
0 comments:
Posting Komentar