Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa
Amaliah mengatakan bahwa masih banyak sekolah-sekolah di daerah yang
infrastruktur pendidikannya masih minim. Atas dasar itu, ia berharap
agar penerapan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang tahun ini sudah mulai memakai sistem Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) dievaluasi.
“UTBK persoalannya adalah bahwa banyak sekolah yang belum punya fasilitas, terus kemudian range-nya
(kota dengan daerah) juga sangat besar. Ada banyak sekolah-sekolah yang
tidak pernah belajar komputer, karena memang mereka nggak punya
(komputer),” kata Ledia saat ditemui Parlementaria di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Ia menambahkan, ketika siswa ingin masuk
ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan diharuskan mengikuti UTBK, tentu
ini memerlukan pembiasaan. “Ini bukan sekedar bisa atau tidak, tapi
harus dibiasakan penggunaannya (komputer). Karena mereka itu kan
mengerjakan tes dalam tekanan waktu,” tambah politisi fraksi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Selain itu, Ledia menekankan bahwa kalau
dunia pendidikan di Indonesia belum siap, sistem UTBK jangan dipaksakan
karena akan menjadi problem tersendiri. Kemeterian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) dalam menerapkan sistem UNBK kan tidak
lah berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud). Karena harus ada keberlangsungan atau
keberlanjutan dalam sistem pendidikannya.
“Kalau terpisah, ya akhirnya jadi
masing-masing. Sebelum kan yang dijadikan ujian pada seleksi masuk PTN,
sebenarnya tidak berhubungan dengan pelajaran di SMA. Ini kan sesuatu yg
aneh, seharusnya menjadi satu line atau satu simultan. Jadi anak-anak juga tidak merasa sia-sia mendapat pelajaran semasa di SMA,” tandasnya.
Selain itu, Ledia mengungkapkan,
standarisasi mutu pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat
besar bagi Kemdikbud. Dimana ia menuntuk peran dari Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai perpanjangan tangan Kemendikbud di
tingkat provinsi agar lebih maksimal serta diharapkan memiliki standar
yang dijadikan acuan bagi pemerataan pendidikan di Indonesia. (es)
0 comments:
Posting Komentar